Dewan Perwakilan Rakyat sudah tak asing lagi di telinga kita, lantas apalah tugas mereka yang sebenarnya suatu hal yang percuma memberikan mereka kursi untuk menjabat, namun apalah fungsi mereka. Banyak yang mengatakan mereka adalah wakil-wakil rakyat, orang-orang yang bisa menjaga dan menyampaikan aspirasi kami warga nergara Indonesia. Mudah menyimpulkannya wakil rakyat, wakil adalah orang kedua setelah orang pertama, itu artinya kedudukan mereka adalah orang nomor dua setelah kami rakat yang ingin hak-haknya di hargai.
Hatiku bertanya apakah kerja mereka sudah bisa dikatakan berhasil, dan LSM pun akan berkata “Well Done”. Tapi tidak setelah aku melihat kenyataan. Mereka bukanlah orang-orang yang mewakili kami untuk menyampaikan aspirasi kami. Di mata kami khusnya saya secara pribadi menganggap mereka hanyalah hambatan dan batu loncatan besar yang menghalangi kami atas segala hak yang seharusnya dapatkan. Terbukti dengan banyaknya unjuk rasa yang mengartikan bahwasanya mereka rakyat-rakyat yang suaranya tak di dengar sudah kehabisan akal dan kesabaran , yang sampai akhirnya mereka terkadang melakukan aksi unjuk rasa di luar tata tertib yang berlaku, karena mata dan telinga mereka rakyat yang tengah marah akan perlakuan para wakil-wakil rakyat yang tak sepantasnya pada mereka para rakyat terutama mereka rakyat yang sudah benar-benar marah.
Rancangan UUD yang tak kunjung beres, orang-orang yang duduk di kursi parlemen tersebut ternyata tak lebih dari seonggok daging yang bisa dikatakan latar belakang pendidikan, moral, pilosopi, dan lain sebagainya benar-benar terbelakang. Apakah ini pantas , orang yang tak berhak diberi hak, dan orang yang benar-benar pantas dilupakkan. Demokrasi dengan latar belakang seperti ini hanya akan bebuah busuk. Rakyat yang sekarang tengah marah sebenarnya mereka adalah sebagian orang yang tengah menyesali perbutan mereka, karena tidak mau berpikir panjang atas lankah yang mereka pilih. Akhirnya orang –orang tak berguna yang duduk di bangku parlemen itu hanya membuat kekacauan dan kehancuran. Janji tanpa Bukti itulah yang benar benar kami rasakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar